Puisi Alunk Estohank : Potret Anak Rantau| Tahun Ketujuh | Pergilah

Potret Anak Rantau
_untuk teman-teman Kutub

Setiap pagi dan sore hari
kutemui wajah-wajah ranum bersungging sepi
seakan ada yang mereka harapkan dari mimpi
yang bersemayam dalam diri

begitulah hari-hari bermula di mata mereka
kota-kota tua yang selalu menyala
adalah harapan mereka meninggalkan desa
berbekal peluh dan air mata

entah ini pagi dan sore keberapa
mereka menatap langit dan bumi
kota-kota tua
masih setia memeram mimpi dan rahasia

Sketsa Sel-18 "Lahir dan Kembali"
2015



Tahun ketujuh
_alm K. Zainal Arifin Thoha

I
Pada tahun ketujuh
Kami tetap utuh
Membangun harapan dan mimpi-mimpi
Walau peta yang kau tulis dulu
Lapuk dimakan waktu

Kematian bukanlah alasan
Bermalas-malasan
Jalan telah terbentang
Dan kau buka setiap pandang
Dari redup masa silam

Pada tahun ketujuh
Kami kembali membasuh
Hikayat-hikayatmu
Mulai dari gugur embun
Sampai ombak yang terbantun

Ada air mata minta di usap
Ada canda tawa tidur terlelap
Membangun undakan demi undakan
Membelah gedung-gedung peradaban

Ini tahun ketujuh
Dari bangunan yang kau tinggal menjauh
Menjauh dari sejarah
Orang-orang yang berdarah.
Tapi apalah arti sejarah
Bagiku yang selalu resah.

Tak punya arti apa-apa
Kecuali tangis dan doa-doa

II
Peristiwa: mimpi dan rahasia

Jika suatu saat aku keluar dari jalanmu
Tunjukkan jalan lain mencapai ujung
Meski jalan itu menikung
Terjal atau pun ganjal
Sebab aku percaya bahwa setiap ruas
Adalah tujuan yang kau bangun

Aku hanyalah pejalan
Yang lupa arah dan tujuan
Di mana kerikil dan batu-batu
Menyatu
Membuat jalan berliku

III
Untuk apa

Sepeninggalmu
Tempat ini seperti catatan legenda
Yang berisi cerita-cerita
Mitos-mitos, prasasti
Dan kepercayaan-kepercayaan

Sebenarnya untuk apa peninggalan ini
Bila setiap waktu sama
Berputar menunjuk angka-angka
Mencipta segala yang tak ada

Jelaskan pada kami
Untuk apa
Dan buat apa
Peninggalan ini
:kenangan adalah risalah waktu yang buntu

Ponduk, 2014

Pergilah

Pergilah ke sebelah timur pulau jawa
Kau akan menemukan sisa-sisa sejarah
Yang patah, tak bergetah
Karena waktu semakin jauh mendaki risalah

Rumah-rumah berdiri sumarah
Menghadap ke selatan
Tempat di mana orang-orang meletakkan nasib
Dan takdirnya

Pergilah
Menyelamlah pada panas matahari
Atau getir gelombang yang meradang
Di sana kau akan temukan
Bau keringat yang menyengat
Dan tubuh kekar penuh semangat

Jangan takut
Kulit hitam hanyalah pancaran musim
Petani garam dan tembakau
Sedang gerimis tak pernah lupa
Menumbuhkan bunga-bunga
Jauh di dalam hatinya

2014


*ALUNK ESTOHANK, Actor pensiunan ini aktif di Lesehan Sastra Kutub Yogyakarta (LSKY). Tercatat sebagai penghuni tetap kos Al-Kindi No 43 Krapyak.

Labels: