Napak Tilas Sastra Dan Brown: Metamorfosa Seorang Guru

Oleh: Mugy R. Halalia*

Dan Brown sebagai Novelis misterius, bersinar namanya berkat The Davenci Code. Tiada yang dapat menyangkal bahwa The Davenci Code lah yang mengangkat Dan Brown ke puncak popularitas di jagad kesusastraan dunia. Kini Dan Brown menjadi tokoh sastrawan terkemuka yang telah memberikan banyak pengaruh terhadap perkembangan kesusastraan dunia. Namun tahukah Anda bahwa Dan Brown adalah sosok misterius yang tidak banyak tahu tentang kisah hidupnya.

Sosok misterius ini lahir di Exeter, New Hampshire, Amerika Serikat pada tanggal 22 Juni 1964. Sejak kecil ia telah memiliki obesesi untuk memecahkan kode-kode dan teka-teki yang rumit. Dan beruntung lahir dalam keluarga kaum pendidik. Orang tua Dan merupakan Profesor jenius di bidang Matematika dan telah dinobatkan sebagai pemenang pengahargaan dari Presential Award.
Sumber Gambar - Source: waytofamous.com

Kejeniusan orang tuanya itu juga di bidang musik yang juga telah memiliki gelar Profesor. Sebagai anak yang berada dalam didikan orang tua yang bekerja sebagai seorang praktisi pendidikan, lahirlah sebuah cita-cita besar dalam diri Dan untuk menjadi seorang guru. Cita-cita besar yang tertanam dalam-dalam di hati Dan adalah mengabdikan diri pada dunia untuk merubah nasib sebuah bangsa di jalur pendidikan. Hal itu disebabkan oleh didikan dari orang tuanya.

Obsesi Dan dalam memecahkan teka-teki dan kode ini adalah buatan kedua orang tunya. Misalnya, sat perayaan Natal, ia diberikan sebuah tekai-teki dan sejumlah kode yang cukup rumit yang harus ia pecahkan demi mendapatkan tempat dimana kado itu disembunyikan. Sehingga pantaslah Dan menjadi sastrawan besar sang spesialist novel di gendre thriller. Satu hal lagi, bukan hanya lantaran ia dididik dengan teka-teki dan kode-kode rahasia oleh orang tuanya, lantas ia menjadi seperti yang dikenal dewasa ini.

Dan Brown adalah sosok yang juga gemar membaca buku-buku mitologi dan sejarah. Pengetahuan inilah yang menyempurnakan novel thrilernya mengusik sejumlah pandangan umum yang telah terbingkai oleh sejarah atau mitos. Misalnya saja soal keabsahan ketuhanan Yesus dalam iman Kristiani, atau nasib para ilmuwan hebat yang tergabung dalam Illuminati yang—konon—dimusuhi gereja, dan sebagainya.

Tampaknya Dan Brown sadar betul bahwa pekerjaannya mendatangkan risiko dibenci gereja dan Vatikan. Itu tercermin dalam karakter tokohnya, Robert Langdon seorang simbolog dari Harvard, yang mengaku tidak disukai gereja. Sebab itulah, Dan Brown menjadi tokoh yang kontroversial.

Pemilik novel kontroversi ini menyelesaikan pendidikannya di Amherst College dan Phillips Axeter Academy. Setelah lulus ia mengabdikan dirinya sebagai guru bahasa inggris pada sebuah industri pendidikan. Di samping menjalani masa pengabdiannya sebagai guru, Dan yang tidak pernah bercita-cita jadi penulis, ia menjadi penyanyi sekaligus pencipta lagu.

Dan berjuang untuk bertahan hidup dengan membuat album dan menawarkannya ke perusahaan-perusahaan ternama di sekitar Hollywood. Lalu memutuskan bergabung dengan National Academy of Songwriters, kelompok yang sesuai dengan tujuan Dan, karena memiliki banyak anggota musisi terkenal, termasuk Billy Joel dan Prince. Organisasi tersebut menawarkan dukungan moral, petunjuk mengenai teknik, dan cara menjalani bisnis pada para musisi pemula.

Di organisasi itulah Brown mengenal Blythe Newlon, direktur pengembangan artistik di National Academy of Songwriters. Sebagai bagian tugasnya, Blythe memberi tahu Brown prosedur yang berlaku, memberinya beberapa petunjuk, dan menerjemahkan politik bisnis yang sering kali picik. Karena Dan Brown berhasil mengeluarkan beberapa album. Akan tetapi, ia malah merasa karirnya di bidang musik tidak memberikan gairah hidup.

Karena itulah ia mencoba banting setir ke dunia literasi. Akhirnya dengan keseriusannya di dunia kepenulisan, pada tahun 1995, ia melahirkan buku pertamanya, 187 Men to Avoid: A Survival Guide for the Romantically Frustrated Woman, sebuah buku humor. Kemudian disusul dengan buku berjudul The Bald Book yang terbit tahun 1998. Kedua bukunya ini Dan memakai nama samaran, Danielle Brown. Namun kedua buku ini masih di luar ciri khasnya.

Barangkali karena Dan sangat mencitai teka-teki dan kode-kode rahasia, ia menggunakan nama samaran. Bisa jadi pula karena kedua buku tersebut ditulis dalam masa pencarian karakter terhadap tulisannya. Karena pada tahun 1996 dimana ia masih menjadi seorang guru bahasa inggris, obesesinya memecahkan teka-teki dan kode rahasia, melahirkan novel thriller pertamanya Digital Fortress yang terbit 1997 dengan menggunakan nama asli. Akan tetapi, nasib buku ini sama dengan buku yang terbit dengan samaran, belum laku di pasaran.

Rasa putus asa hadir dalam diri Dan yang baru meniti karir di dunia literasi. Akhirnya membuka lagu-lagu di albumnya, sambil menimbang-nimbang keputusan menjadi penyanyi dan pencipta lagu kembali. Sebuah lagi berjudul Angel and Demons kemudian melecutnya untuk kembali menulis. Lagu yang ia ciptakan dulu dan didengarkannya lagi memberikan inspirasi untuk menulis lagi.

Inilah syair lagu ciptaannya Dan yang memicu untuk menulis :
Angels and demons 
Speak my name 
They sing to me at night 
I could swear 
They sound the same
They fight an endless fight
And I never know
what fate might bring 
When angels and demons sing.

Terjemahan bebasnya:
Malaikat dan iblis
menyebut namaku
mereka menyanyi padaku di malam hari
aku berani sumpah
mereka bersuara lagi
mereka memperjuangkan pertarungan yang tiada akhir
dan aku tak pernah tahu 
bagaimana nasib
ketika para malaikat dan iblis bernyanyi. 

Lantaran syair lagu yang pernah ia gurat sendiri, ia menghabiskan waktunya hanya untuk menulis novel keduanya yang ia beri judul Angel and Demons. Novel ini bercerita tentang konflik di pusat kekristenan dunia, Vatikan, yang terancam perang dengan Illuminati. Tahun 2001 novel kedua Dan, Angel and Demons, secara resmi dilucurkan ke publik. Tahukah Anda bahwa, untuk menerbitkan novel ini, tidak semulus seperti yang dibayangkan. Hal itu disebabkan oleh rekor penjualan novel Digital Fortess yang, sehingga Angel and Demons nyaris tidak diterbitkan. Tetapi, dengan negoisasi yang membutuhkan kecerdasan dan kesabaran, novel itupun terbit. Perjuangan Dan untuk mempopulerkan novel keduanya, ia bersama sang istri ikut mempromosikan. Namun hasilnya tetap sama, Angel and Demons mendapat rating yang sama dengan Digital Fortess.

Setahun kemudian, dengan segenap harapan yang masih tersisa Dan melahirkan novel untuk yang ketiga, yang ia beri judul : Deception Point . Novel ini ditulis dalam bentuk komparasi antara sastra dan ilmu matematika (komparasi kode-kode rahasia dengan mitologi dan sejarah). Memasuki tahun 2003 Dan Brown hadir dengan novel kempatnya, The Davenci Code. Novel ini masih dengan gendre thriller. Dan Brown benar-benar telah menjadi penulis yang gigih untuk menyampaikan ide-ide kreatifnya kepada orang banyak. Hal ini sesuai dengan cita-cita kecilnya yaitu, mengabdikan diri untuk mengubah nasib bangsa di jalur pendidikan. Namun pendidikan yang ia maksud kemudian adalah membaca-mebaca teka-tekai dan kode rahasia seperti dalam novel keempatnya.

Bukan tanpa perjuangan Dan bisa menerbitkan novel kempatnya ini, novel thriller yang selama proses penulisannta, Dan sering berkunjung ke Paris untuk menghabiskan waktu seharian di museum (Grands Gallery Louvre), mengamati lukisan-lukisan Leonardo da Vinci. Para penjaga museum senantiasa melihat pria Amerika yang bersikap santai dan necis itu, saat ia menyusuri selasar, atau manakala terlihat berpikir serius. Saat itulah, Dan dan sang istri, Blythe, melakukan penelitian untuk novel yang sedang ditulisnya, Da Vinci Code.

Perjuangan hebat yang Dan lakukan adalah meluluhkan hati pemilik penerbit. Penerbit yang telah kecewa dengan tiga novel Dan yang tidak banyak memberikan pemasukan terhadap penerbit, tidak berani lagi untuk menerbitkan novelnya yang keempat. Walaupun penerbit menolak menerbitkan novelnya yang keempat itu, Dan tetap menjalin hubungan baik dengan editornya, Kaufman. Dengan perasaan pesimis, Dan menyerahkan naskah Da Vinci Code ke penerbit baru, Doubleday, atas bantuan Kaufman. Sekarang nasib baik berpihak pada Dan Brown yang penuh totalitas menggarap anak spiritualnya itu, penerbit Doubleday mau menerbitkan novel yang telah ditolak oleh penerbit sebelumnya.

Da Vinci Code meledak dan habis terjual dalam waktu seminggu sejak diluncurkan. Novel tersebut bahkan langsung menduduki rating tertinggi versi New York Time Best Seller pada 2003. Itulah buah dari usaha memecahkan teka-teki dan kode rahasia di musem terkenal di prancis itu, sehingga Dan Brown dikenal oleh masyarakat di seluruh dunia. Bersama meroketnya The Da Vinci Code di pasar buku internasional, tiga novel lainnya pun diterbitkan kembali dan menuai sukses besar.

Sampai di penghujung tahun 2012, menjelang 10 tahun usia The Davenci Code sejak diluncurkan telah terjual labih dari 70 juta eksemplar di seluruh dunia. Hebatnya lagi, novel Dan yang satu ini telah diangkat ke layar lebar dengan judul yang sama. Film yang dibintangi oleh Tom Hanks tersebut maraih kesuksesan besar seperti pada buku aslinya. Karena film The Davinci Code berhasil menjadi nominator dalam berbagai ajang pengahrgaan film. Sekarang, buku-buku Dan Brown telah terjual sebanyak lebih dari 200 juta eksemplar di seluruh dunia dan telah diterjemahkan dalam 51 bahasa. Dan penjualan buku Dan bahkan diklaim mengalahkan Alkitab. Kesuksesan Brown yang pada pertengahan 2013 menerbitkan Inferno, novel keenamnya, tidak lepas dari perjuangannya melakukan riset ke tempat- tempat yang menjadi setting dalam novel-novelnya.

*Mugy R. Halalia, lahir Brebes, 29 Desember 1993. Tercatat sebagai Mahasiswa aktif di jurusan Ilmu Hukum Fakultas Syariah dan Hukum UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2011- sekarang. Pernah menjadi JUARA I LOMBA PENELITIAN DAN KARYA ILMIAH yang diselenggarakan oleh Fakultas Hukum UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta 2012 (Peran dan Upaya Bawaslu Kota Yogyakarta Terhadap Penanganan Kejahatan Pelanggaran Pemilukada Kota Yogyakarta Tahun 2011; Juara III Paling Kreatif dalam Festifal Mahasiswa Hukum yang di selenggarakan oleh ICJ ( International Cort Justice) Yogyakarta 2013; dan Pemusik Perempuan Terbaik dalam Festifal Teater Gabungan dalam TTMN Jakarta 2014.

Labels: , ,